Pantun Kolabloger ( part-1 )

April 27, 2009

 

Terlihat ganteng pak Syawali

Melangkah tegap seperti robot

Selamat datang di blog kami

Yang sederhana tak berbobot

 

Hujan gerimis dipagi buta

Antar belanja ibu Edratna

Saya menulis anda membaca

Semoga saja memberi makna

 

Jemur kedele di atas genting

Tersenyumlah hey Kidungjingga

Tak ada ide untuk berposting

Berpantunlah ala pujangga

 

Ekaria orang Sumatra

Pergi dandan dan bergaya

Bergembira berceritra

Meski hanya di alam maya

               

Yari NK memang berkumis

Berdandan ala seorang turis

Cari teman dengan menulis

Persahabatan semakin manis

 

Sorowako mamah Rita

Berenang-rengan di lepas pantai

Merokok kadanglah lupa

Memang ngeblog terasa santai

 

Bunga merekah di dalam taman

Ketika baca tulisan Rindu

Bukanlah hanya mencari teman

Tapi juga bertambah ilmu

 

Tukang obat bersahaja

Nyimpan resep dalam karung

Saran  untuk para sahabat

Tersenyumlah jangan murung

 

Kucing keren mencari ikan

Dapat empat di tanggul kali

Itulah yang bisa saya sajikan

Berharap sempat berpantun lagi

 

Ikan teri ikan sepat

Kalu mau koalisi harus cepat

( itu mah pantunnya Annas Urbaningrum ).

 

 

 

 

 


Celoteh pekan ini

November 17, 2008

Elegi Bandung Utara

Kembang ilalang tertiup angin di Ciumbuleuit

Merebah rasa tak teraba

Mengusik hati yang lagi sepi

Kembang ilalang tertiup angin di Ciumbuleuit

Melayang sampai ke ujung jalan

Memberi harapan dan angan-angan

Meski agak terburu buru

Berpacu dengan gelayut awan

Takut becek jalan tertimpa hujan

Kembang ilalang bergoyang ditiup angin

Etah sampai kapan bisa bertahan

pic_0006

Sehelai Daun Jambu

Bintang berkedip tak berbulu mata

satu diutara, satu diselatan

terhalang tirai daun jambu

yang rimbun di halaman depan

Ketika helai tersingkap angin

jatuh, menimpa rindu

tersingkap sedikit bisa ngintip

dari celah daun jatuh

Kutunggu angin bertiup kencang

berharap daun rontok berantakan

pada musim gugur bulan depan

dan bulan dimakan naga.


Lelah

October 8, 2008


Kecupan pertama

July 27, 2008

Waktu kita sepayung berdua menyusuri jalan desa, hujan pagi hari tak henti seakan mengerti, perasaan kita berkecamuk diantara kata basa basi yang tak berarti, tapi kita yakin ada inti yang seragam seperti halnya warna baju kita, putih dan abu. Burung kenari di pohon jati berkicau memberi irama pada langkah-langkah kecil kita yang sengaja diperlambat, kamu terperanjat sedikit manja ketika tupai meloncat dari pohon nangka tepat disamping kita. Payung telah dilipat, kita duduk dalam angkutan berdampingan, menghangatkan dan jadi kesempatan, hanya diam mengikuti kolak-kelok jalanan berharap sang sopir nginjak rem agak kasar, sesekali melirik jam tangan karena takut kesiangan, sementara kamu berguman getir ketika seorang pejalan kaki kecipratan air dari lobang yang kelindes ban. Di pintu gerbang kita berpisah karena ruang kita berbeda, sepuluh menit masih ada waktu, kamu bilang pulang tidak usah saling tunggu, tapi ingat ini hari sabtu, dan kamu berbisik nanti malam akan menunggu. Puisi seribu baris yang tak habis-habis, ada manja dan tertawa, kadang berbumbu cemburu yang semakin membikin rindu, semua kita torehkan berdua dengan pena bertinta cahaya rembulan, disini, diberanda rumahmu. Tiupan angin malam pada daun kelapa berirama senada dengan back sound pembaca puisi di radio, puisi yang aku tulis hari Rabu dan diantar tadi siang, kamu nikmati puisi itu, senikmat genggaman erat jemari lentikmu. Bunga sedap malam dipekarangan mulai harum meski masih kuncup, jangan dulu dipetik, mungkin tengah malam nanti merekah, setelah kita masing-masing dibuai mimpi indah. Waktu begitu cepat berlalu, jam dindingpun berdentang membuat cecak-cecak berlompatan, pesan papamu datang lewat si bibi, malam sudah larut, saatnya pamit diantar ke tepi pagar. Untuk malam ini aku rela, pergi menembus kegelapan malam yang sunyi, gelayut tangan dipundak membuai asa dari ujung kaki ke ubun-ubun, kita sama-sama mengerti, kecupan lembut yang begitu berarti yang pertama dalam hidup ini, tak ada kata lagi, kamu berbalik dan berlari, akupun melenggang berdendang menghitung bintang.

( Paparan ini adalah mantra, bagi orang-orang pencari cinta, jika anda masih remaja jangan terlalu manja, dan jika anda telah dewasa nikmatilah ajaibnya alam raya, bersyukur sujud pada yang Kuasa, karena cinta adalah makna dari saripati bunga ).

tvtropes.org (pinjem gambar)


Cinta Pertama

July 23, 2008

Melekat digenggaman harum bunga melati yang kau berikan di bukit itu,  meski tak ada potret album kenangan,  masih terasa sandaran tubuh mungil di dada ini ketika melewati pohon rindang itu, senyum, canda dan tawa bak syair pengantar tidur membuai lorong impian tiap malam, dan kita hanya tersipu malu karena tak pernah terucap kata cinta barang sepatahpun, tak ada penyesalan waktu itu, sebab kita berpisah dipersimpangan menuju arah angin masing masing, aku ke barat dan kamu ke timur, Tapi, bara yang kau simpan dalam tempayan kedamaian semakin menggelora, siraman air hujan sepanjang hari tak sanggup untuk memadamkan, rona pelangi di wajah kian terlukiskan, sayu tatapan mata makin tergambarkan,  celoteh kecerdasan makin tajam tertuliskan. Merpati yang kulepas untuk sekedar menanyakan kabar tak pernah kembali, salam yang kutitipkan pada angin malam tak pernah memberi jawaban, akupun tak menghiraukan, karena masih ada bulan yang bersinar dan kutatap malam ini, dan akupun yakin bahwa bulan yang aku tatap adalah bulan yang kau lihat juga. Kini harum melati itu kukunci dalam lemari, kusimpan dalam lipatan sebagai pemandu perjalanan, tidak ada penyesalan, tapi tidak pula ada harapan, hanya akan aku pigurakan, bahwa kamu  “ Gadis yang sedikit tomboy dengan  tahi lalat dipipi “ pernah singgah pada hati yang masih suci.

 

(Gambar poenya : http://www.free-stockphotos.com)


Untukmu yang mencintai aku

July 20, 2008

Sudah kukatakan bahwa cintaku padamu didasari kasih sayang yang tak terhapuskan, sengaja tak kutulis dalam helai daun lontar, takut angin dan panas memudarkan, biarlah kutulis jadi prasati yang abadi, ketahuilah bahwa perjalannku sudah menepuh berpuluh ngarai, menerobos padang ilalang, luka goresan dan tusukan duri di kaki hanya membuatku lebih berambisi mengejar angan-angan yang aku anggap pasti.

Ketika angin membawa kabar bahwa kamu adalah satu-satunya yang mesti aku cintai, rembulanpun mengamini, memberi kado pada malam yang kuning langsat keemasan, waktu embun masih tidur tak hiraukan kicau burung, aku sudah bangun dan tertegun menatap sinar mentari yang jatuh lewat kisi-kisi jendela.

Sehelai daun jambu jatuh tepat dipelupuk rindu yang mengebu, bunga ilalang bergelinding dijalanan yang berdebu, tersiar kabar asmara yang kau bawa dalam cawan cinta tak terbantahkan memang hanya untukku, untukku seorang, sungguh anugerah paling istimewa, hidangan paling melezatkan dan menggugah selera, sesuatu yang mesti aku bayar dengan keringat dan cucuran peluh tanpa harus mengeluh.

Gerobak bermuatan cinta ini akan aku usahakan sampai pada tujuan, suatu perkampungan penuh damai bergapura keperkasaan, dialiri sungai jernih tempat para bidadari mandi bersolek diri, tempat para dewa membaca mantra, tempat para pujangga menyusun sastra, bahkan mungkin malaikat datang hanya sekedar menyampaikan salam sejahtera.

Bila saatnya tiba diperkampungan itu, kita bangun istana dari pelepah nyiur, dengan dua daun pintu pecahan batu surga, yang selalu akan terbuka, untuk  maha raja sampai yang jelata, takkan dibeda-beda, biarlah aroma periuk penanak nasi tercium sampai batas perkampungan, bukan untuk pamer mengundang selera yang sedang dilanda kelaparan, tapi toh memang untuk dibagikan.

Berdo’alah kita di separuh malam, menembus dingin meninggalkan dekapan penuh mesra, aku imami, sebelum kita pergi, menutup mata hingga waktu tak terhingga, usah bersedih, setidaknnya kita tertera pada dada anak-anak kita.

Kini saatnya telah tiba, tanpa harus ragu-ragu, kamu berbisik syahdu, untuk sekedar bilang,“I Love You “.


Sawidak sajak paralak

April 10, 2008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tah catrik saulas bulu galatik

mawa beja hawar-hawar belah kidul

mangsa hujan girimis,

cenah anjeun keur nyorangan.

 

 

                           Awor angin ngaharewos

                           kingkilaban nu ngiceupan

                           katumbiri nu nyukangan

                           tresna leeh nyaliara.

 

                           Layung mega nu mayungan

                           bulan datang mangsa peuting

                           bentang reugreug ngaleprokan

                           tresna tepung na impian.

 

                                            Gn.batu, april 2008